Sabtu, 21 Maret 2009

PENJELASAN SINGKAT TENTANG ARYA TARA



Seperti yang selalu dikatakan oleh para Guru Kadampa bahwa ada hal yang harus dilakukan pada awal dan akhir kegiatan. Yang harus dilakukan di awal yaitu membangkitkan motivasi yang baik atau benar sebelum melakukan kegiatan apa pun, dan yang harus dilakukan di akhir adalah praktik dedikasi yaitu mendedikasikan kebajikan yang telah terhimpun.

Untuk membangkitkan motivasi yang benar maka langkah pertama adalah melihat apa yang sedang terjadi dalam batin kita masing-masing. Bila kita menemukan bahwa kita sedang memikirkan tentang rumah kita atau pekerjaan kita atau orang yang hadir di sini maupun yang tidak hadir di sini malam ini, maka pikiran semacam ini harus disingkirkan terlebih dahulu.

Sebaliknya pikiran yang harus dikembangkan adalah bahwa sama halnya dengan kita yang menginginkan kebahagiaan serta menghindari hal yang tidak menyenangkan dan penderitaan sekecil apa pun, demikian pula keinginan semua makhluk yang ada di dalam samsara. Meskipun kita tidak melihatnya sekarang tetapi sesungguhnya semua makhluk telah berulang kali menjadi ibu-ibu kita di masa lalu dan telah menunjukkan kebajikannya kepada kita, maka selagi punya kesempatan kita harus membalas kebajikan mereka; dan hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah membantu mereka menemukan kebahagiaan yang diinginkan dan membantu mereka bebas dari penderitaan yang tak diinginkan. Untuk dapat melakukannya kita harus menjadi seorang Buddha terlebih dahulu, dan untuk itulah kita hadir di sini mendengarkan Dharma. Bila bukan Buddhis kita harus berpikir bahwa kita ingin membantu sebanyak mungkin makhluk hidup, dan untuk dapat melakukannya kita harus mengembangkan diri kita, dan untuk itulah kita berada di sini malam ini.

Topik malam ini adalah tentang Arya Tara karena Rinpoche telah diminta untuk memberikan penjelasan tentang Arya Tara.

Banyak yang bisa diceritakan tentang Arya Tara, banyak cerita mengenai beliau; tetapi secara singkat Arya Tara adalah seorang Buddha, tentunya tidak sejak awal mula atau serta-merta telah menjadi Buddha tetapi pada awalnya beliau juga seorang makhluk biasa yang kemudian melatih diri melalui tahap jalan menuju pencerahan hingga akhirnya mencapai Kebuddhaan.

Untuk mengetahui asal usul Arya Tara, kita harus kembali jauh ke masa lalu, bahkan ke dunia lain yang tidak sama dengan dunia kita sekarang, di mana Arya Tara muncul di dunia yang disebut Aneka Cahaya, dengan Buddha pada masa itu yang bernama Suara Genderang, dan beliau terlahir sebagai seorang putri raja yang bernama Bulan Kebijaksanaan.

Putri Bulan Kebijaksanaan memiliki keyakinan yang besar terhadap Buddha pada saat itu, Suara Genderang, sehingga melakukan banyak kebajikan dengan memberikan persembahan dan pelayanan kepada Sang Buddha dan para pengikutnya selama bertahun-tahun. Karena kebajikan sangat besar yang terhimpun karena persembahan dan pelayanan yang diberikannya kepada Sang Buddha dan para pengikutnya, maka beberapa anggota Sangha mengusulkan kepada sang putri supaya mendedikasikan kebajikannya tersebut agar dapat terlahir menjadi seorang pria dalam kehidupan itu juga sehingga dapat menolong lebih banyak lagi makhluk hidup. Sebagai jawaban atas usulan tersebut, Putri Bulan Kebijaksanaan berkata bahwa sesungguhnya tak ada sesuatu apa pun yang disebut sebagai laki-laki dan perempuan, sama halnya dengan tak ada yang disebut sebagai diri, makhluk, dan kesadaran, tak ada bentuk kesadaran yang berdiri sendiri. Sesungguhnya maskulinitas dan feminimitas tidak memiliki keberadaan sejati. Adanya salah pengertian oleh makhluk biasalah yang membuat orang menganggap adanya keberadaan sejati dari maskulinitas dan feminimitas.

Putri Bulan Kebijaksanaan juga berkata bahwa terdapat banyak sekali makhluk dalam wujud maskulin yang bekerja untuk menolong makhluk hidup tetapi sangat sedikit yang berwujud feminim. Sang putri menyatakan bahwa untuk dapat menolong makhluk hidup sesuai dengan kebutuhan mereka maka sejak sekarang sampai berakhirnya samsara ia akan bekerja demi kebahagiaan semua makhluk dalam wujud seorang wanita. Dengan demikian sang putri membangkitkan bodhicitta dalam dirinya.

Selanjutnya sang putri memasuki tingkat samadhi yang disebut “Membebaskan Semuanya” sehingga sudah bisa mulai bekerja demi kebahagiaan tak terhitung makhluk hidup; dan Buddha pada masa itu, Suara Genderang, berkata kepadanya, “Dengan nama ‘Sang Pembebas’ atau Tara, sejak sekarang Engkau bisa mulai melakukan pekerjaanmu demi kebajikan semua makhluk.”

Sebagai hasilnya, Arya Tara yang telah membangkitkan bodhicitta selanjutnya dapat berlatih dalam tahap jalan menuju pencerahan, menyempurnakan kelima marga (jalan Mahayana) dan kesepuluh Bodhisattvabhumi, dan selama dalam tahap melatih diri hingga tercapainya Kebuddhaan maka Arya Tara akan selalu terlahir dalam wujud seorang wanita.

Nama Tara dalam bahasa Tibetnya adalah Drolma, artinya Sang Pembebas; sesuai dengan kenyataan bahwa Arya Tara menolong semua makhluk, membebaskan semua makhluk dari karma, klesha dan penderitaan mereka.

Arya Tara membebaskan dari karma, klesha dan penderitaan; dan seperti yang kita ketahui ada berbagai level penderitaan, yang pertama adalah penderitaan di alam-alam rendah, yang kedua adalah penderitaan samsara secara umum meliputi semua bentuk kehidupan di dalam samsara, dan yang ketiga adalah penderitaan dari pembebasan individual di mana meskipun seolah-olah ada ketenteraman bila kita hanya membebaskan diri sendiri tetapi sebenarnya di dalamnya terkandung penderitaan.

Bila kita melihat berbagai tingkat penderitaan dalam samsara, dan melihat apa yang dicontohkan oleh Arya Tara bagaimana membebaskan dirinya sendiri dari penderitaan terlahir di alam rendah, itu karena realisasinya terhadap kesempurnaan sila dengan menghindari sepuluh ketidakbajikan. Lalu bagaimana cara Arya Tara membebaskan diri dari penderitaan samsara secara umum? Itu karena realisasinya terhadap ketiga instruksi utama yaitu sila, samadhi dan prajna. Dan apa yang membuat Arya Tara bebas dari penderitaan pembebasan individual adalah realisasinya terhadap sunyata yang dipadukan dengan bodhicitta yaitu aspirasi untuk mencapai pencerahan.

Berkat realisasinya atas berbagai kualitas spiritual maka Arya Tara bisa membebaskan dirinya dari samsara dan mencapai Kebuddhaan serta menyandang nama Tara, Sang Pembebas.

Ada dua cara bagaimana kita memahami Tara; yang pertama adalah berdasarkan artinya secara harfiah; level yang pertama adalah seperti yang baru dijelaskan yaitu dengan melalui kualitas spiritualnya yang dapat membebaskan: kualitas sila menghindari sepuluh ketidakbajikan yang membebaskan dari penderitaan terlahir di alam rendah, kualitas pemahaman atas ketiga instruksi utama yang membebaskan dari penderitaan samsara secara umum, dan kualitas bodhicitta dipadukan dengan sunyata yang membebaskan dari keterbatasan pembebasan individual. Dan level yang lain dari Arya Tara adalah realisasi dari berbagai kualitas spiritual dalam wujud seorang Buddha wanita.

Ada juga paham lain di mana kita memahami Arya Tara sebagai Buddha dalam wujud wanita yang merupakan manifestasi dari aktivitas (kegiatan) semua Buddha.

Terdapat banyak wujud Buddha yang sebetulnya merupakan manifestasi dari berbagai kualitas atau karakteristik yang berbeda dari semua Buddha. Sebagai contoh, ada perwujudan yang mewakili kualitas tubuh dari semua Buddha, ada perwujudan yang mewakili kualitas ucapan dari semua Buddha, demikian juga yang mewakili pikiran semua Buddha, juga ada yang mewakili kegiatan semua Buddha seperti halnya Arya Tara.

Oleh karena kebutuhan dan kecenderungan dari makhluk hidup adalah berbeda-beda, maka manifestasi dari kegiatan semua Buddha juga terdapat dalam wujud maskulin dan feminim; karena sebagian orang merasa lebih cocok dengan wujud maskulin maka ada Buddha Amogasiddhi yang merupakan manifestasi kegiatan semua Buddha dalam wujud pria, sedangkan bagi yang lain yang merasa wujud feminim lebih bisa membantu maka ada Arya Tara yang merupakan manifestasi kegiatan semua Buddha dalam wujud wanita.

Karena Arya Tara merupakan manifestasi dari kegiatan semua Buddha maka beliau memiliki tubuh utama yang berwarna hijau di mana warna hijau melambangkan kegiatan semua Buddha. Arya Tara juga memiliki tubuh dengan warna lain tetapi semuanya merupakan manifestasi dari tubuh utamanya yang berwarna hijau. Wujud dan warna Arya Tara disesuaikan dengan kegiatan apa yang ingin dicapai oleh praktisinya; misalnya Tara Putih untuk kegiatan kedamaian atau penenangan, Tara Kuning untuk kegiatan peningkatan, Tara Merah untuk kegiatan penaklukan, dan Tara Hitam untuk kegiatan kemurkaan atau penghancuran.

Ini mengakhiri penjelasan singkat mengenai Arya Tara, dan sebelum memasuki sesi kedua di mana Rinpoche akan menjelaskan tentang praktik Tara, Anda semua diberi kesempatan untuk bertanya jika dikehendaki.

Selesai.