Sabtu, 21 Maret 2009

PENJELASAN DUA PULUH SATU ASPEK DEWI TARA

21 Tara


Oleh: Dagpo Thulku Rinpoche Jampha Gyatso


Terdapat banyak ulasan mengenai “Pujian 21 Tara”. Saya akan memberi kalian suatu penjelasan berdasarkan pada dua di antara banyak ulasan tersebut, yang pertama dari seorang Guru Gelugpa dan yang kedua dari seorang Guru Kagyupa. Meskipun satu dengan yang lain kedengarannya sama, saya akan memberi referensi tentang keduanya karena ada beberapa kalimat di dalam satu ulasan yang terkadang lebih jelas daripada yang lain.

Berkaitan dengan Pujian Dua Puluh Satu Tara, akan diberikan ratusan penjelasan, karena dalam teks yang cukup singkat sebenarnya terangkum dalam sadhana Tara sehubungan dengan tingkatan hasil, pencapaian dan masih ada lagi yang lainnya.

Pujian ini terdiri dari dua puluh satu slokha. Ada dua pandangan di mana kita menganggap slokha demi slokha sebagai satu aspek Tara. Dalam hal ini, sangat mungkin untuk memandang setiap slokha sebagai suatu permohonan yang ditujukan kepada salah satu Tara. Bila kita tinjau dari sudut pandang sebelumnya, kita membagi pokok kedua puluh satu slokha untuk memohon kualitas-kualitas semua Tara secara umum.

Meskipun ada interpretasi-interpretasi lain tapi tidak terlalu penting. Setiap versi berkaitan dengan suatu alasan tertentu. Penjelasan-penjelasan tertentu masuk dalam Tantra dan yang lain masuk dalam Sutra. Dalam konteks ini, dalam Sutra berkaitan dengan satu kata dapat berarti beberapa tingkat permahaman. Sedang dalam Tantra, satu istilah dapat mencakup sepuluh derajat atau tingkatan arti. Untuk saat ini, kita akan membatasi yang berkaitan dengan kita saja hingga dua tingkatan penjelasan mengenai Pujian pada Tara.


Om je tsun ma pag ma drol ma la chag tsel lo
Hormat kepada Yang Mulia Arya Tara

‘OM’ suku kata yang mengawali pujian, yaitu: OM, seperti yang sudah sering saya katakan OM terdiri dari tiga suku kata: A, U, M yang berarti tubuh, ucapan dan pikiran dari objek perlindungan. Di sini OM berkaitan dengan tubuh, ucapan dan pikiran Tara.

Hormat pada Yang Mulia Arya Tara: kalimat ini merangkum seluruh pujian kepada Tara; slokha-slokha berikutnya mengambil arti yang sama, hanya lebih rinci. Dalam bahasa Sanskerta adalah Tara, sedangkan dalam bahasa Tibet adalah Drolma; istilah ini mempunyai berbagai arti di antaranya membebaskan. Tara adalah yang membebaskan dari penderitaan-penderitaan di alam-alam yang kurang beruntung, penderitaan samsara.

Hormat: kalian telah mengetahui bahwa ada tiga jenis penghormatan: bersujud secara mental, secara lisan dan secara fisik.


Chag tsal drol ma nyur ma pa mo
Aku bersujud kepada Arya Tara yang tangkas dan pemberani
Chen mi ke chig lhog dang dra ma
Yang sorot matanya laksana kilasan cahaya kilat
Jig ten sum gon chu kye shel gie
Terlahir dari bunga teratai dalam samudra air mata
Ke sar je wa ley ni jung ma
Arya Avalokiteshvara, pelindung triloka. (1)

Pada baris pertama, Tara dikualifikasikan sebagai yang cepat, pahlawan wanita. Baris ini mengungkapkan sejarah asal Tara.

Pujian tersebut menyajikan referensi pada sejarah Tara. Tara Yang Cepat. Tara sebenarnya dianggap sebagai yang tercepat, yang terefektif dalam suatu aktivitas yang paling cepat berbuah di antara semua Buddha. Kemudian berdasarkan teks, Tara tergolong juga sebagai pahlawan wanita yang mulia. Mengapa? Karena beliau telah mengalahkan keempat mara. Kalian telah mendengar tentang mereka, siapakah mereka itu? Mereka adalah kleshamara, skandhamara, mirtyumara; mara dalam konteks yang lebih dekat dengan bahasa kita adalah makhluk-makhluk pengganggu.

Mara jenis keempat juga tergolong dalam roh-roh halus yang mengganggu, makhluk-makhluk hidup di luar diri kita. Namun, mara yang tergolong dalam ketiga kategori sebelumnya tidak perlu dicari terlalu jauh, mereka sangat dekat dengan kita. Bahkan, kleshamara ada di dalam diri kita. Dia tidak lain adalah faktor mental penggangu kita, keenam klesha utama dan kedua puluh klesha sekunder kita. Apakah skandhamara? Ini merupakan ketidaksempurnaan atau tidak sucinya skandha-skandha kita. Dengan kata lain, mara ini merupakan individu kita sebenarnya yang terdiri dari lima skandha yang tidak suci. Mirtyumara merupakan kenyataan akan kematian tanpa kebebasan, tanpa kemampuan untuk memilih, kenyataan bahwa pikiran kita harus meninggalkan tubuh kita.

‘Pandangan mata Tara yang cepat, secepat sambaran kilat’. Dipahami di sini bahwa Tara mampu mencerap dalam sekejap semua fenomena tanpa terkecuali. Kita dapat menginterpretasikannya dengan cara lain. Tara juga cepat dalam belas kasih yang mendalam, belas kasih agung beliau yang memeluk semua makhluk. Garis apakah yang terbentuk antara kecepatan Tara dan belas kasihnya? Dengan Tara membuktikan suatu belas kasih yang luar biasa terhadap para makhluk dan keinginan tulus beliau untuk datang secepatnya menolong mereka, aktivitas beliau dalam hal ini meningkat dan dipercepat sepuluh kali lipat.

Tara seorang pahlawan wanita. Mengapa? Beliau mampu mengatasi dan mengalahkan keempat mara, berarti beliau memiliki kekuatan.

Para mara telah ditaklukkan. Kalian ingat bahwa ada beberapa jenis mara dan di antara mereka terdapat beberapa tingkat kehalusan. Tara telah menaklukkan secara lengkap dan menyeluruh keempat kategori mara. Atau siapakah yang telah menaklukkan para mara? Mereka adalah para Buddha, disebut Sang Bhagava, “Dia yang telah mencapai kemenangan”, menaklukkan para mara.

Mengenai baris kedua, mata Tara cepat bagaikan kilat. Seperti yang baru saya katakan pada kalian, bahwa Tara mampu mencerap pada saat yang sama semua fenomena tanpa terkecuali. Kalimat ini berkaitan dengan kualitas-kualitas pikiran Tara, dalam pengetahuan dan kebijaksanaan.

Sejak kata pertama dalam pujian ini, kita telah memohon berkali-kali belas kasih, kekuatan dan kemahatahuan Tara. Karena Tara telah mencapai kualitas-kualitas yang digunakan untuk membantu para makhluk untuk membebaskan diri dari samsara.

Secara umum, pada saat kita membicarakan kualitas-kualitas para Buddha, kita segera memikirkan tubuh, ucapan dan pikiran. Sementara kualitas-kualitas para Buddha merupakan semua belas kasih, kemahatahuan dan kekuatan mereka. Selebihnya, dikatakan bahwa sejak saat tersebut seorang makhluk memiliki ketiga kualitas: belas kasih, mahatahu dan kekuatan; ia dinyatakan boleh dijadikan sebagai objek perlindungan, karena benar-benar mampu melindungi. Saat kita berpikir pada para Buddha seperti Tara, yang memiliki kualitas-kualitas yang disebutkan dan kemudian kita memanggil mereka, memohon mereka menggunakan kekuatan mereka sehingga kita juga mencapai kualitas-kualitas tersebut, dengan melakukan hal ini kita berlanjut pada berlindung yang kita kualifikasikan sebagai penyebab.

Sebenarnya, ada Buddha yang memberkati para makhluk dengan kualitas-kualitas ini. Telah ada Buddha yang menunjukkan bahwa sangat mungkin bagi kita untuk mendapatkan kualitas-kualitas ini. Kemudian kita, seperti makhluk hidup lainnya, memiliki kapasitas-kapasitas seperti mereka dan kita dapat menggunakannya untuk mendapatkan kebajikan yang tertinggi. Kita berusaha untuk mempraktikkan belas kasih yang agung atau mengembangkan kecerdasan, kebijaksanaan, untuk mendapatkan kemahatahuan pada suatu hari nanti. Kita masih mengambil perlindungan tapi kali ini berlindung sebagai konsekuensi atau hasil.

Baris ketiga menyarankan munculnya Tara di dunia. Kata-kata Tibet Jig ten sum gon berarti Penguasa Dunia, yaitu Avalokiteshvara. Kita mengutip beberapa sumber sejarah tentang asal-usul Tara. Dalam salah satu sejarah tradisi, pada waktu itu Buddha Avalokiteshvara telah berhasil melakukan karya yang sangat luar biasa bagi para makhluk. Beliau telah melindungi makhluk yang tak terhingga banyaknya dari penderitaan, ketakutan akan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan. Namun begitu selesai mengerjakan karya yang luar biasa ini, beliau mendapati samsara yang baru lagi. Beliau melihat masih dapat ditemukan lebih banyak lagi makhluk yang sedang mengalami penderitaan. Beberapa saat beliau merasa berkecil hati dan membayangkan bahwa tidak akan pernah ada cara untuk menyelesaikannya, tidak akan pernah ada jalan untuk mengeluarkan semua makhluk dari samsara. Karena sangat terpukul beliau menitikkan air mata. Air mata ini menggenang dan dikatakan membentuk dua kuntum bunga teratai. Di atas salah satu teratai tersebut muncul Tara hijau dan di atas yang satunya lagi muncul Tara putih. Mereka memberi semangat kepada Avalokiteshvara agar tidak patah semangat atau berkecil hati dan berjanji akan membantu menolong para makhluk, untuk memungkinkan mereka membebaskan diri dari samsara, meninggalkan penderitaan.

Kedua baris terakhir pada slokha pertama berarti ‘Yang muncul dari sekuntum teratai mekar, yang berasal dari air mata yang mengalir pada wajah Avalokiteshvara’.

Yang kita ikuti adalah tradisi pertama, berkaitan dengan aspek umum Tara. Namun, saya telah memberitahukan interpretasi kedua, yang tidak berkaitan dengan aspek umum Tara akan tetapi salah satu dari aspeknya. Dari sudut ini, bait pertama telah mengacu pada Tara yang disebut Nyurma Pamo, Pahlawan wanita yang cepat. Tara ini berwarna merah. Dalam tangan kanannya, beliau memegang sebuah vas bunga merah yang berisi amrtha dengan suatu kekuatan yang merupakan sari semua kekuatan. Sedangkan tangan kiri Tara merah membentuk suatu mudra.

Berlanjut pada slokha berikutnya, penghormatan-penghormatan lain dipersembahkan kepada Tara. Pertama-tama penghormatan fisik, kemudian pada aktivitasnya. Slokha-slokha yang menghormati tubuh Tara harus terdiri atas dua kategori yaitu menghormati Sambhogakaya Tara dan menghormati Dharmakaya Tara, tubuh Dharma.

Penghormatan kepada Sambhogakaya ada yang berkaitan dengan aspek tenang atau kedamaian Tara dan ada yang berkaitan dengan aspek-aspek kemurkaan Tara. Dalam hal yang pertama, akan ada pancaran cahaya yang sangat terang dari Tara dan warna wajahnya.


Chag tsal ton kay da wa kun tu
Aku bersujud kepadamu yang berwajah laksana
Gang wa gya ni tseg pay shel ma
Seratus bulan purnama di musim gugur
Kar ma tong trag tsog pa nam kie
Dan yang memancarkan sinar cemerlang
Rab tu che way o rab bar ma
Dari beribu-ribu gugusan planet.
(2)

Terjemahan slokha kedua cukup gamblang. Dikatakan bahwa ‘Wajah Tara menyerupai dia yang mendapatkan ibarat kumpulan ratusan bulan purnama’. Tidak sulit untuk memahami hal ini, penghormatan yang dilakukan dengan gambaran-gambaran puitis dan cahaya Tara di sini dibandingkan dengan cahaya ratusan bulan purnama, yang intensitasnya melebihi cahaya ribuan bintang.

Sudut pandang kedua dalam slokha ini berkaitan dengan Tara, yang kali ini berwarna putih, yang disebut Shiwa Chen Mo, Kedamaian Agung. Beliau memegang vas berwarna putih di tangan kanannya, berisi amrtha yang berkemampuan untuk menghapus semua halangan, semua pengganggu. Bila kita ingin menghapus halangan-halangan, penyakit-penyakit, semua yang menyebabkan penganiayaan, kita dapat dengan jelas memanggil Tara secara umum atau salah satu aspek mana pun dari dua puluh satu aspek Tara, namun khususnya Shiwa Chen Mo.


Chag tsel ser ngo che ne kie kie
Aku bersujud kepadamu yang terlahir dari bunga teratai biru emas
Pe ma chag ni nam par gien ma
Yang tangannya berhiaskan bunga padma
Jin pa tsun du ka tub shi wa
Hakikat dana, virya, dan sila
So pa nam ten cho yul nyi ma
Ksanti, dhyana dan prajna.
(3)

Penghormatan yang diberikan di sini ditujukan kepada Tara yang atribut dan penyebab-penyebabnya akan membawa kita pada tingkat Kebuddhaan. ‘Tara berhiaskan sempurna’: beliau memegang sekuntum bunga teratai biru yang muncul dari air, di tangan kirinya. Beliau memegang tangkai bunga tersebut di antara ibu jari dan jari manisnya. Mari kita lanjutkan pada dua bait terakhir pada slokha ketiga ini. Terdapat beberapa sebab yang memungkinkan Tara menjadi Buddha. Apakah sebab-sebab itu? Praktik keenam paramita, hingga sempurnanya praktik tersebut, seperti yang telah kita sebutkan tadi. Kualitas-kualitas apakah yang membawa mereka pada kesempurnaan? Kualitas-kualitas tersebut adalah Dana, Sila, Ksanti, Virya, Dhyana dan Prajna. Namun mengapa kata damai atau terpenuhi digunakan untuk menggambarkan kebijaksanaan? Karena kebijaksanaan adalah paling ampuh untuk menghapus halangan atau ketidaktahuan. Jadi Tara yang timbul dari praktik keenam paramita.

Berdasarkan penjelasan kedua, Tara ketiga berwarna kuning; di tangan kanannya beliau memegang sebuah vas kuning berisi amrtha yang melambangkan usia panjang, harta benda, kemampuan dan kekuatan secara umum. Bila kita ingin mendapatkan kualitas-kualitas tersebut maka Tara ketiga inilah yang harus kita undang untuk mengajukan permohonan kita.


Chag tsal de shin sheg pay tsug tor
Aku bersujud kepadamu yang merupakan mahkota dari semua Buddha
Ta yey nam par gyal wa cho ma
Yang tindakannya menaklukkan bala tentara mara yang tak terhingga banyaknya
Ma lu pa rol chin pa tob pey
Yang telah mencapai segala kesempurnaan
Gyel way say kyi shin tu ten ma
Kepadamulah para Bodhisattva bersandar.
(4)

Slokha keempat dalam pujian pada Tara menunjukkan bahwa semua Buddha dari sepuluh penjuru dunia dan semua Bodhisattva memberi hormat dan bersujud di hadapannya. Baris pertama mengatakan bahwa Tara tinggal dan duduk di atas usnisha para Buddha. Yang dimaksud di sini adalah bahwa semua Buddha menundukkan kepala di hadapan Tara dan ini yang membuat Tara tinggal di atas kepala para Buddha. Dalam sikap apa? Berdasarkan baris kedua, beliau telah menundukkan semua perbedaan, semua yang bertentangan dan negatif. Kedua baris terakhir memasukkan dalam situasi bahwa semua Bodhisattva yang telah mencapai semua paramita (dalam hal ini sepuluh paramita) dan mereka semua juga memberi hormat kepada Tara. Nama Tara keempat dalam bahasa Tibet adalah Tsug Tor Nam Giel Ma, Tsug Tor berarti usnisha, dan Nam Giel Ma berarti Yang Penuh Kemenangan. Mengapa demikian? Seperti yang baru kita lihat setelah menaklukkan semua perbedaan, Tara duduk di atas kepala, di atas usnisha semua Buddha. Mengapa dikatakan bahwa Tara tinggal di atas usnisha semua Buddha? Karena Tara dianggap sebagai orang tua semua Buddha, sebagai ibu semua Buddha.

Tara keempat ini berwarna kuning. Beliau memegang sebuah vas di tangan kanannya yang amrthanya melambangkan pencapaian panjang umur.


Chag tsal tu ta ra hum yi ge
Aku bersujud kepadamu yang TUTTARE dan HUM nya
Do dang chog dang nam ka gang ma
Memenuhi seluruh kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu
Jig ten dun po shab kyi nen te
Engkau telah menaklukkan ketujuh dunia di bawah telapak kakimu
Lu pa may par gug par nu ma
Dan memiliki kemampuan memanggil segala kekuatan.
(5)

Slokha kelima memberi kesan pada mantra Tara ‘TUTTARA HUM’ yang dapat ditemukan di jantungnya. Dari huruf-huruf ini memancar cahaya yang mengarah ke segala penjuru dan menenangkan, menyucikan penderitaan dari semua makhluk. Oleh karena itu, Tara dapat mendominasi ketujuh dunia. Bilamana kita mendengar tentang ketujuh dunia ini? Terdapat lima tingkat keberadaan di alam keinginan (kamadhatu), kemudian alam bentuk (rupadhatu) dan alam tak berbentuk (arupadhatu). Melalui aktivitas ini, Tara mengangkat segala bentuk penderitaan para makhluk hidup: penyakit dan sebagainya, semakin besar beliau mengambil kekuatan dari alam-alam ini. Oleh sebab itu slokha ini menggarisbawahi suatu kekuatan Tara.

Bila kita mengambil penjelasan selanjutnya, nama Tara kelima adalah Hum Po Ken ‘Yang menuangkan HUMnya’. Beliau berwarna merah. Beliau memegang sebuah vas berwarna merah di tangan kanannya yang berisi amrtha yang melambangkan kekuatan, turun mengambil hal-hal lain. Karakteristik Tara kelima adalah memiliki aspek kemurkaan tetapi juga sangat menarik dan menggoda. Bahkan pada saat para makhluk melihat Hum Po Ken, mereka sangat tertarik padanya. Bila kita ingin memohon kekuatan superior pada Tara, Tara kelima inilah yang harus kita undang. Bagaimana cara kita menggunakan kekuatan ini? Ketahuilah bahwa kekuatan ini bukan untuk dipraktikkan pada orang lain. Kita perlu memulai dengan mengaplikasikannya pada diri kita. Bila telah menguasainya dengan sempurna, secara otomatis kita dapat menggunakan kekuatan ini pada orang lain, namun ini suatu konsekuensi sekunder. Bila kalian ingin menggunakan kekuatan ini pada orang lain dan menundukkan mereka, kalian harus terlebih dahulu belajar untuk menguasai diri, karena bila kalian mencoba untuk mendominasi pada saat kalian tidak dapat mengendalikan diri, maka kekuatan ini akan segera lenyap dan kalian tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam bait ini ‘mengambil kekuatan’ berarti belajar untuk menguasai diri sendiri. Bila kita membayangkan diri kita mengundang Tara kelima untuk menghancurkan orang lain, maka hal itu merupakan interpretasi yang salah tanpa kaitan Dharma sama sekali. Sebenarnya kita tanpa ragu mempunyai kemelekatan pada kenikmatan samsara. Mendapatkan kekuatan yang diijinkan oleh Tara akan datang pada para makhluk yang cukup kuat untuk menghapus kemelekatan ini sehingga kita dapat mempraktikkannya untuk menarik mereka dari samsara. Semakin besar kekuatan yang kita miliki akan memungkinkan kita untuk menolak sikap egois yang kita miliki secara spontan dan menghapuskan keakuan.


Chag tsal gya jin may lha tsang pa

Aku bersujud kepadamu yang dipuja oleh Dewa Indra
Lung lha na tsog wang chug cho ma
Agni, Brahma, Bayu dan Ishvara
Jung po ro lang dri sa nam dang
Yang dipuji dengan lagu-lagu oleh para Gandharva
No jin tsog kie dun ne tog ma
Vetala, Guhyaka dam Yaksha.
(6)

Slokha keenam memberi hormat pada Tara dalam arti munculnya para dewa yang terpenting seperti Brahma, Ishvara dan lain-lain, bersujud di hadapan Tara.

Berdasarkan penjelasan ini, Tara keenam disebut: Yang Menaklukkan Tiga Dunia. Beliau berwarna merah tua dan mempunyai aspek kemurkaan. Beliau memegang sebuah vas merah di tangan kanan penuh dengan amrtha yang menyebabkan para makhluk pengganggu yang berusaha untuk mencelakakan orang lain menjadi gila, begitu mereka mendapatkan makhluk-makhluk bermasalah mereka segera kehilangan pikiran untuk merusak. Untuk menggambarkannya lebih sederhana, dengan unsur amrtha dalam vas ini saja para makhluk pengganggu dapat dinetralkan.


Chag tsal trey che cha dang pey kyi
Aku bersujud kepadamu yang TREY dan PEY nya
Pa rol tul kor rab tu jom ma
Menghancurkan lingkaran guna-guna dari luar
Yey kum yon kyang shab kyi nen te
Kaki kanannya bersila ke dalam dan kaki kirinya berdiri tegak
May bar tug pa shin tu bar ma
Prabhamu bersinar dalam kobaran api.
(7)

Penghormatan diberikan pada Tara yang sekali lagi mampu mengalahkan semua yang jahat. Tara dapat menetralkan semua kekuatan jahat dan negatif berdasarkan mantra dan jenisnya. Dalam pengucapan mantra TREY dan PEY, Tara menghancurkan semua niat jahat yang dilakukan orang lain, segala jenis guna-guna. Tara ketujuh ini kaki kanannya bersila dan kaki kirinya tegak; di bawah telapak kakinya, beliau menghancurkan semua makhluk pengganggu yang ingin melakukan perusakan pada orang lain dengan menggunakan mantra dan guna-guna. Mengapa kaki kanan beliau bersila sedangkan kaki kiri tegak? Kaki melambangkan pemahaman langsung terhadap sunyata dan belas kasih agung. Bila Tara dapat mengatasi para pelaku kejahatan aktif dan efektif pada orang lain, ini berkat pemahaman beliau terhadap kesunyataan dan karena belas kasih agung beliau. Dari Tara memancar cahaya. Teks-teks mengatakan ‘pancaran Tara bagai api membara’. Ini dapat memusnahkan unsur-unsur jahat.

Nama Tara ketujuh adalah Yang Dapat Mengalahkan Kesaktian Orang Lain, kesaktian yang merusak atau mencelakakan. Beliau berwarna hitam, beraspek kemurkaan dan bersikap agak mengancam. Beliau memegang vas di tangan kanan yang amrthanya dapat menetralkan guna-guna atau secara umum semua yang dapat digunakan oleh makhluk untuk melukai. Sebenarnya, sering kali orang datang membiarkan santet dan mengeluh ada yang melempar padanya, dan lain-lain. Bila mereka begitu takut akan hal ini, solusi terbaik bagi mereka yaitu: memohon pada Tara, Tara hitam yang bernama Yang Mampu Mengalahkan Kekuatan Yang Mencelakakan. Sangat mudah untuk melakukan visualisasi-visualisasi khususnya pada bagian warna (hitam) Tara ini yang sama dengan Tara hijau. Hingga kini kita telah melihat penghormatan-penghormatan yang ditujukan pada Tara di bawah aspek damainya. Sekarang kita akan melihat Tara di bawah aspek murkanya.


Chag tsal ture jig pa chen po
Aku bersujud kepadamu yang TURE nya menghancurkan
Du kyi pa wo nam par jom ma
Malapetaka, mara terhebat
Chu kyi shel ni tro nyer den dze
Dengan pandangan kemurkaan dari wajah terataimu
Dra wo tam che ma lu so ma
Engkau menghalau semua musuh tanpa terkecuali.
(8)

Slokha kedelapan ini dimulai dengan kata-kata ‘hormat pada TURE yang mengerikan’. Mengapa? Karena Tara ini memiliki aspek yang sangat murka dan beliau dapat menaklukkan semua musuh, semua mara. Jadi Tara mampu mengurangi mara-mara yang paling berani dan utama. Dari apa mereka bangkit? Dari mara-mara faktor penggangu mental (kleshamara). Bagaimana dengan Tara? Wajahnya dibandingkan dengan sekuntum bunga teratai. Bahkan, beliau sangat cantik, namun pada saat yang sama beliau memberi kesan sangat murka. Jadi Tara cantik dan murka pada saat yang bersamaan, beliau menaklukkan dan menghancurkan semua musuh secara total dan menyeluruh, tidak hanya musuh dari luar tapi juga musuh dari dalam. Apakah musuh dari luar? Ini sangat mudah dipahami. Apakah musuh dari dalam? Terdiri atas dua macam. Ada halangan-halangan yang menghambat pencapaian pembebasan kita yaitu: tabir faktor mental penggangu (klesha) dan ada musuh yang menghambat kita mencapai kemahatahuan, yaitu tabir terhadap pengetahuan yang disamakan dengan ketidaktahuan (avidya), namun ketidaktahuan ini bermula dari faktor mental penggangu. Ini rumit, kalian akan lebih memahaminya nanti. Dalam hal apakah subjek ini sulit? Ada empat aliran pandangan filsafat dan satu teori pada tiap aliran di mana terdapat suatu kerumitan tertentu. Baru kita katakan bahwa tabir pengetahuaan adalah halangan yang menghambat kita untuk memahami kebenaran pada waktu yang bersamaan saat ini; kebenaran mutlak dan kebenaran konvensional. Apakah sifat tabir terhadap pengetahuan ini? Bila kita masuk lebih dalam untuk lebih rinci kita akan mencapai suatu tingkat yang sangat sulit karena semua tergantung pada sumber yang kita ambil. Berdasarkan suatu tradisi, tabir terhadap pengetahuan hanya didasari oleh jejak karma, sedangkan tradisi lain mencakup jejak karma dan beberapa faktor mental.

Nama Tara kedelapan ini ialah: Yang Menaklukkan Para Mara dan Musuh. Beliau berwarna merah tua. Beliau sangat mengerikan. Dari tubuhnya memancar cahaya yang melingkupi suatu hujan senjata. Di tangan kanannya, beliau memegang sebuah vas merah yang unsurnya menundukkan para mara dan musuh.


Chag tsal kon chog sum tson chag gye
Aku bersujud kepadamu yang dengan indah mengenakan
Sor mo tug kar nam par gyen ma
Mudra Hyang Triratna di hatimu
Ma lu chog kyi kor lo gyen pay
Prabhamu memancar ke segala penjuru
Rang gi o kyi tsog nam trug ma
Dengan sinar yang bergumpal-gumpal.
(9)

Penghormatan ini ditujukan atas dasar atribut-atribut Tara yang murka. Kalian belum membaca terjemahannya. Slokha kesembilan ini membawa suatu deskripsi atau gambaran postur Tara yang berwarna putih. Dalam tangan kanannya beliau memegang vas putih.

Chag tsel rab tu ga wa ji pey
Aku bersujud kepadamu yang bercahaya penuh kebahagiaan
U gien o kie treng wa pel ma
Yang mahkotanya diliputi untaian cahaya
Shay pa rab shay tu ta ra yi
Engkau dengan tawa TUTTARA
Du dang jig ten wang du dze ma
Menaklukkan mara dan para penguasa dunia.
(10)

Hormat pada hiasan-hiasan Tara, pada amarahnya yang juga merupakan bentuk senyumnya. Tara memakai mahkota di kepalanya, yang memancarkan cahaya ke segala penjuru, menghapuskan penderitaan dan memusnahkan pikiran-pikiran salah. Dengan senyumnya, Tara berhasil mendominasi para mara dan alam semesta.

Nama Tara kesepuluh ini ialah Yang memastikan kekuatannya pada para mara dan alam semesta. Beliau berwarna merah. Beliau mempunyai daya tarik yang sangat menarik dan membawa sebuah vas di tangan kanannya yang amrthanya berunsur menaklukkan para mara.

Chag tsal sa shi kiong way tsog nam
Aku bersujud kepadamu yang siddhinya dapat diundang
Tam che gug par nu ma nyi ma
Para dewa pelindung tempat
Tro nyer yo way yi ge hum ki
Dengan raut wajah kemurkaanmu serta getaran suara HUM
Pong pa tam che nam par drol ma
Engkau membebaskan dari segala kemiskinan.
(11)

Penghormatan ini ditujukan pada Tara yang mengingatkan bahwa semua dewa duniawi pelindung Dharma, bersujud di hadapannya.

Nama Tara kesebelas ini ialah Yang Menghapus Penderitaan. Warnanya merah kekuningan atau jingga. Di tangan kanan beliau memegang vas yang amrthanya berkhasiat untuk menghapuskan penderitaan. Bila kita tidak dapat melepaskan diri dari penderitaan kemiskinan, bila kita merasa kita banyak bekerja dan tidak menghasilkan cukup uang, kita dapat mengundang Tara kesebelas ini, ini bukan basa basi, kalian dapat memohon Tara dalam tingkat pikiran. Selain itu, baik sekali bahwa Tara mempunyai banyak aspek manifestasi. Para makhluk dapat membutuhkan dan menginginkan berbagai hal. Berbagai aspek Tara yang berbeda tidak hanya untuk melewatkan waktu tapi setiap aspek memiliki manfaat masing-masing.

Bila kita tahu bahwa akhir bulan selalu sulit, ajukanlah permohonan pada Tara. Untuk melakukan hal ini, kita perlu membayangkan di hadapan kita, beliau memegang vas di tangan kanannya. Kemudian kita memohon beliau untuk melindungi kita; kita sendiri dan makhluk-makhluk yang takut terhadap kemiskinan. Lalu kita dapat membaca mantra. Namun jangan melihat kemiskinan dalam arti yang sempit. Sebenarnya artinya sangat luas. Bukan hanya berarti kekurangan uang, juga bila keadaan keuangan yang sangat terjepit dan terpuruk, namun kemiskinan juga berarti suatu kekurangan sikap membahagiakan orang lain atau kurangnya kecerdasan, kurangnya kesabaran, kurangnya berbagai kualitas spiritual (kurang kasih, kurang belas kasih dan lain-lain). Bila kita ingin mengumpulkan kualitas-kualitas tersebut di atas, kita dapat memohon pada Tara. Selain itu banyak orang sering mengeluhkan mereka selalu terkucil dan mereka menyesalkan tak mempunyai teman, yang juga merupakan salah satu bentuk kemiskinan, miskin dalam berteman. Bila seseorang merasa sedih tak mempunyai relasi, ia perlu berdoa pada Tara mengutarakan keinginannya. Bila ia merasa sendirian, daripada merepotkan orang lain dengan selalu menelepon mereka untuk berkeluh kesah, jauh lebih baik bila ia langsung memohon kepada Tara.

Chag tsal da way dum bu u gyen
Aku bersujud kepadamu yang bermahkotakan bulan purnama
Gyen pa tam che shin tu bar ma
Semua perhiasanmu memancarkan sinar cemerlang
Rel pay tro na o pag may lay
Dari sanggul Amitabhamu
Tag par shin tu o rab dze ma
Terpancar sinar dengan butir-butir sangat terang.
(12)

Untuk Tara yang kedua belas, penghormatan diberikan berdasarkan perhiasan tertentunya. Oleh karena dikatakan bahwa Amitabha duduk di atas kepalanya, Tara dipuji tidak hanya tubuhnya, tetapi juga perhiasannya, semua perhiasannya memancarkan lautan cahaya putih yang memenuhi semua penjuru dan dapat menghapuskan penderitaan para makhluk.

Nama Tara kedua belas ini adalah Yang Menciptakan Kebahagiaan. Beliau berwarna jingga, tangan kanannya membawa vas yang amrthanya berkhasiat memberikan kebahagiaan.

Chag tsal kel pay ta may may tar
Aku bersujud kepadamu yang bersemayam dalam api yang berkobar-kobar
Bar way treng way u na ne ma
Laksana kobar api di akhir zaman ini
Yay kang yon kum kun ne kor gay
Kaki kananmu diturunkan dan kaki kirimu bersila
Dra yi pung ni nam par jom ma
Kebahagiaan melingkarimu yang telah menaklukkan para musuh.
(13)

Penghormatan ini diberikan kepada Tara dalam fungsi atau posisi yang diambilnya dan berpostur menyeramkan. Tara duduk di suatu lingkaran yang menyerupai perapian yang berpijar di akhir suatu kalpa. Dalam teks-teks Buddhis, kita membicarakan akhir suatu zaman yang sangat ganas, terbakar oleh api dengan intensitas yang sangat tinggi. Inilah jenis api yang dibandingkan dengan lingkaran tempat Tara duduk. Kaki kanannya tegak dan kaki kirinya bersila, beliau mampu menundukkan kekuatan musuh, halangan luar dan dalam dari para murid.

Nama Tara ketiga belas ini adalah Yang Membara Bagai Api. Beliau berwarna merah, memiliki empat anjing yang sangat berkembang, empat buaya yang mengancam, dan beliau mempunyai tiga mata yang sangat besar bagai terbelalak. Di tangan kanannya beliau memegang sebuah vas yang atribut dan unsurnya melindungi.

Chag tsal sa shi ngo la chag gi
Aku bersujud kepadamu yang kakinya menginjak bumi
Til gyi nun ching zhab gyi dung ma
Dan telapak tangannya menekan bumi di sampingnya
Tro nyer chen dze yi gay hum ki
Dengan pandangan kemurkaan serta aksara HUM
Rim pa dun po nam ni gem ma
Engkau menaklukkan semuanya dalam tujuh langkah.
(14)

Pada telapak tangan dan kaki Tara dapat ditemukan huruf HUM, yang melambangkan kebijaksanaan yang memahami kesunyataan secara langsung. Dari huruf HUM pada telapak tangan dan kaki Tara ini, memancar sinar ke segala penjuru; khususnya vajra kecil yang juga melambangkan pemahaman langsung kesunyataan. Cahaya ini memancar untuk menghapuskan semua halangan, untuk menaklukkan semua yang jahat. Tara menghentakkan tangan dan kakinya ke tanah. Mengapa dikatakan pemahaman langsung kesunyataan akan menaklukkan semua yang melukai, semua halangan? Karena bagian terbesar yang menggangu kita, penderitaan kita, bermula dari keakuan kita (self-grasping). Oleh karena pemahaman langsung terhadap kesunyataan akan menghapus keakuan kita, maka dikatakan pemahaman yang sama akan menghapus sumber kesulitan-kesulitan kita dan kesulitan-kesulitan itu sendiri. Nama Tara keempat belas adalah Tara Marah, Tara Murka. Beliau berwarna hitam dan wajahnya agak murka. Tangan kanan beliau memegang sebuah vas yang mempunyai keampuhan untuk menghapuskan semua halangan dan semua yang menggangu, hanya dengan satu pandangan.

Hingga kini kita telah melihat slokha-slokha yang semua memberi hormat kepada Sambhogakaya Tara, pertama aspek damai dan kemudian aspek murka. Sekarang kita akan meneruskan pada slokha yang mengandung suatu penghormatan pada Dharmakaya, tubuh kebenaran.

Penting sekali memikirkan istilah-istilah ini karena akan selalu muncul kembali dalam agama Buddha. Karena sering diulang, kalian harus memikirkan arti istilah-istilah tersebut dan apa yang dikandungnya dengan tepat, karena sangat penting untuk mempunyai gambaran yang jelas. Tidak cukup hanya mengetahui suatu sumpah, suatu pelajaran Dharma atau sekadar membaca saja. Kalian perlu masuk lebih jauh dan memperdalam pengertian kalian, jadi belajarlah.

Oleh karena itu perlu diketahui apa yang dimaksud sebagai tubuh kebenaran. Kata Sanskertanya adalah Dharmakaya. Kalian mengetahui bahwa Dharma mempunyai banyak arti: sepuluh arti pokok atau utama dan sangat penting menanyakan pada diri sendiri apakah yang sedang kita bicarakan. Perlu kita ketahui apa yang dimaksud dengan “Dharma” dan “kaya”. Bila kita mengatakan dalam bahasa Indonesia ”tubuh kebenaran” tubuh manakah yang dimaksud? Apakah tubuh fisik seperti tubuh kita? Sudah pasti bukan. Apakah kebenaran yang dimaksud di sini hukum yurisdiksi? Bukan juga. Jadi apakah yang kita bicarakan?

Apakah “kaya” kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai tubuh? Terkadang “kaya” mempunyai arti yang efektif seperti tubuh kita yang terdiri atas tubuh fisik. Namun di sini bukan arti yang dimaksud. Dalam konteks ini, “kaya” berarti ”reuni atau kumpulan”, kumpulan dua himpunan. Himpunan kebijaksanaan dan kebajikan menjadi satu, terkumpul atau terhimpun. Kita dapat mengatakan “kaya” di sini berarti pencapaian. Dharma tanpa Dharmakaya adalah yang diperoleh dari himpunan kebijaksanaan dan kebajikan yang telah terealisasi, atau realisasi yang masih merupakan hasil dari kedua himpunan yang membawa ke arah kesempurnaan. Masih ada lagi pengertian yang lain, namun kita cukup memperhatikan dan mengingat penjelasan pertama ini saja dengan memiliki gambaran yang jelas tentang apa Dharmakaya itu, bila kalian mendengar istilah ini lagi. Oleh karena kata ini akan diulang maka segera pikirkan kualitas mutlak yang diperoleh berkat kedua himpunan kebijaksanaan dan kebajikan. Dan bila kita melakukan pendekatan ini sudah bagus sekali. Ketahuilah lebih banyak tentang semua kualitas yang berkaitan dengan para Buddha hingga Dharmakaya seorang Buddha.


Chag tsel de ma gay ma zhi ma
Aku bersujud kepadamu yang penuh kebahagiaan, kebajikan dan kedamaian
Nya ngen de zhi cho yul nyi ma
Yang menjadi objek ibadah, kebahagiaan nirvana
So ha om dang yang dag den pay
Sempurna berhiaskan SOHA serta OM
Dig pa chen po jom pa nyi ma
Penakluk segala kejahatan yang tak terhingga. (15)

Dalam slokha kelima belas, Tara disebut sebagai kebahagiaan. Bahkan sebenarnya beliau merupakan tempat berlindung dari penderitaan yang terkecil. Beliau bahagia karena beliau berada di luar semua penderitaan, penderitaan yang dianggap sebagai hasil. Beliau juga disebut “kebajikan”. Mengapa? Karena beliau telah menyingkirkan semua ketidakbajikannya sendiri yang menyebabkan penderitaan. Akhirnya beliau telah bebas, damai, telah menghapuskan semua klesha dan semua faktor penggangu. Setelah membuang kedua penutup mata, Tara selalu dalam konsentrasi parinirvana. Setelah berhasil meraih parinirvana inilah Tara untuk pertama kalinya menyebutkan mantra “TARE TUTTARE TURE“. Di awal mantranya dapat ditemukan suku kata OM dan diakhiri SVAHA (SOHA). Mantra lengkap yaitu yang merupakan hasil perolehan parinirvana Tara. Dengan membaca mantra ini, bila kita mempunyai kesalahan terfatal pun dapat dihapuskan, ditaklukkan. Mantra tersebut akan bereaksi terhadap kesepuluh ketidakbajikan ataupun kelima kejahatan yang paling fatal. Bila kita berniat untuk menyucikan diri dari segala sesuatu yang paling negatif, kita dapat melakukan ritual permohonan pada Tara ini.

Setelah penghormatan-penghormatan diberikan kepada tubuh Tara, kita tiba pada aktivitasnya yang tentunya mengandung banyak aspek.


Chag tsal kun ne kor rab ga way
Aku bersujud kepadamu dengan para pengiring yang bahagia
Dra ye lu ni nam par gem ma
Engkau telah mengalahkan segala bentuk perwujudan musuh
Yi gay chu pay ngag ni kor pay
Sepuluh aksara mantra menghiasi hatimu
Rig pa hum lay drol ma nyi ma
Dan pengetahuan HUM mu memberi pembebasan.
(16)

Slokha keenam belas merupakan penghormatan pada keefektifan mantra Tara. Sebenarnya ada dua aspek mantra, satu aspek mantra Tara yang damai dan satu aspek mantra yang murka.

Pertama mantra aspek damai; di dada Tara di sekeliling huruf TAM dapat ditemukan berbagai huruf mantranya. Slokha ketiga memberi kesan mantra Tara damai; lalu di slokha keempat dalam bahasa Tibet, mengacu ke mantra pada aspek murka. Pada satu saat dan saat lainnya, perlu memvisualisasikan dengan baik: menghadirkan dengan benar Tara dengan mantra di dadanya dan membayangkan bahwa dari huruf-huruf tersebut terpancar sinar ke segala penjuru untuk menghapuskan semua halangan dan musuh.

Akan tetapi bila kita memutuskan untuk melakukan praktik pada aspek damainya, kita perlu membayangkan mantra yang sesuai.

Bilamana kita ingin menghapuskan suatu penyakit dalam diri kita atau orang lain, kita memohon kepada Tara, kita memulai dengan memanggil aspek damainya dan membaca mantra pertama; namun bila kita tidak memperoleh hasil yang baik dengan ini saja, untuk dapat mencapai tujuan, diperlukan visualisasi Tara dan huruf-huruf mantra pada dadanya, membayangkan cahaya yang memancar darinya dan membaca mantra berulang kali. Bila kita melakukannya dengan motivasi yang baik dan menyakininya dengan sepenuh hati kepada Tara, maka kita pasti akan memperoleh hasil.

Tara keenam belas ini berwarna merah. Beliau membawa vas di tangan kanannya yang berkhasiat untuk mengembangkan kekuatan mantra yang akan kita baca.


Chag tsal tu re zab ni dab pay
Aku bersujud kepada TURE yang menjejakkan kakinya
Hum gi nam pay sa bon nyi ma
Yang hakikatnya adalah bija aksara HUM
Ri rab man da ra dang big je
Engkau menyebabkan Mahameru, Mandhara dan Vindhya
Jig ten sum nam yo wa nyi ma
Serta seluruh triloka bergetar dan gempa.
(17)

Arti slokha ketujuh belas ini sangat sederhana: Tara memiliki kekuatan untuk menggetarkan dunia. Nama yang diberikan pada Tara ketujuh belas ini ialah Yang Menggetarkan Tiga dunia. Warnanya jingga dan aspeknya damai dan setengah murka. Tangan kanannya memegang vas yang berkhasiat untuk melemahkan kekuatan sihir yang dapat dibaca orang lain untuk melukai kita.


Chag tsal lha yi tso yi nam pe
Aku bersujud kepadamu yang di tangannya memegang
Ri dag tag chen chag na nam ma
Bulan laksana kolam para dewa
Tara nyi jo pey kie yi ge
Dengan mengucapkan TARA dua kali sehari serta dengan aksara PEY
Dug nam ma lu pa ni sel ma
Engkau menghalau racun tanpa terkecuali.
(18)

Tara kedelapan belas memiliki kekuatan untuk menetralkan kekuatan racun-racun. Beliau berwarna putih dan bernama Yang Menetralkan, Yang Menghapuskan Racun-racun. Di tangan kanannya, sebuah vas berwarna putih yang berkhasiat memerangi akibat-akibat racun. Bila ada resiko keracunan, kita dapat segera memohon Tara ini untuk menetralkan kekuatan racun. Bila kita tidak begitu mengenal bentuk Tara ini, tidaklah penting kita hanya perlu mewujudkan Tara berwarna putih yang memegang vas di tangan kanannya dan membayangkan kemampuannya untuk menanggulangi akibat-akibat racun tersebut. Selanjutnya kita cukup membaca mantra-mantra itu saja.


Chag tsal lha yi tsog nam gyal po
Aku bersujud kepadamu di mana raja dari para dewa
Lha dang mi am chi yi ten ma
Para dewa sendiri serta seluruh gandharva bersandar
Kun ne go cha ga way ji ke
Perhiasan tanganmu memancarkan kebahagiaan kepada semua
Tso dang mi lam nyer pa sel ma
Engkau menghalau peperangan serta tanda kemalangan dengan sempurna.
(19)

Tara kesembilan belas memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengurangi atau menghapuskan mimpi-mimpi buruk. Tidak hanya mimpi buruk tapi juga pertikaian-pertikaian. Jadi bila kita mendapat mimpi buruk dan merasa tidak enak, kita dapat memohon kepada Tara kesembilan belas ini. Nama yang diberikan padanya adalah Yang Menghapuskan Pertikaian dan Mimpi Buruk. Beliau berwarna putih, membawa vas yang berkhasiat untuk menghapuskan penderitaan-penderitaan yang berasal dari pertikaian atau mimpi-mimpi buruk. Dalam situasi seperti ini, memohon kepada Tara benar-benar dapat bermanfaat. Pada umumnya orang yang sering mengeluh terbangun oleh mimpi buruk atau baru saja mimpi buruk, mereka dapat memohon kepada Tara. Bagi yang sedang bertikai, akan sepenuhnya bergantung pada keperluan mereka. Sebenarnya ada orang-orang tertentu senang bertikai dan menimbulkan pertikaian, untuk menghindari pertikaian-pertikaian ini, mereka hanya perlu memikirkan satu titik saja; namun ada yang lain yang tidak ingin bertikai sama sekali, tetapi selalu menemukan dirinya di tengah pertikaian dan mengeluh, kemudian selalu bertikai dengan orang lain. Orang-orang inilah yang dapat meminta penengahan Tara. Bila kalian mempunyai kesulitan seperti ini, kalian tahu siapa yang dapat membantu.


Chag tsal nyi ma da wa gye pay
Aku bersujud kepadamu yang bermatakan matahari dan bulan
Chen nyi po la o rab sel ma
Menerangi dengan sinar murni yang cemerlang
Ha ra nyi jo tu ta ra yi
Melafalkan HARA dua kali serta TUTTARA
Shin tu dag po rim ne sel ma
Menghalau mara bahaya ketakutan yang mengerikan.
(20)

Tara yang kedua puluh memiliki kekuatan mengusir penyakit, bahkan penyakit yang ganas sekalipun. Nama Tara kedua puluh ini ialah Yang Mengusir Penyakit. Beliau berwarna jingga dan membawa vas di tangannya yang berkhasiat untuk mengusir akibat penyakit, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Kita dapat memintanya seperti yang telah saya terangkan tadi, dan kita mulai membaca mantra aspek damai Tara kemudian bila diperlukan bacalah mantra yang sesuai dengan aspek murka.


Chag tsal de nyi sum nam ko pay
Aku bersujud kepadamu yang berhiaskan ketiga rupa
Zi way tu dang yang dag den ma
Sempurna berhiaskan kekuatan kedamaian
Don dang ro lang no jin tsog nam
Engkau menghancurkan Ashura, Vetala serta Yaksha
Jom pa tu re rab chog nyi ma
Oh Ture, yang terluhur dan mulia!
(21)

Tara kedua puluh satu ini mampu melindungi dari para dewa pengganggu, para makhluk penggangu. Slokha kedua puluh satu ini merangkum lebih lanjut secara umum.

Bayangkan huruf OM putih di atas kepala kita yang melambangkan tubuh Tara, di tenggorokan kita, huruf AH merah yang melambangkan ucapan Tara, dan di dada kita huruf HUM biru yang melambangkan pikiran Tara.

Kemudian kita harus membayangkan dengan keyakinan kita bahwa ketiga suku kata ini benar-benar memiliki tubuh, ucapan dan pikiran Tara. Dari ketiganya memancarkan cahaya tersebut memasuki tubuh kita dan menghapuskan penderitaan-penderitaan dan halangan-halangan.

Nama Tara kedua puluh satu adalah Yang Menyelesaikan Semua Aktivitas. Warna beliau putih dan membawa sebuah vas yang berkhasiat untuk memperoleh semua pencapaian.

Selesai.